Senin, 19 April 2010

  • LASKAR SLEMANIA 

  • 1 ..:: Garis Lemah ::..
    2 azurro Detail
    3 bacot ijo
    4 Black Parade
    5 Brandal
    6 BRIGADE SLEMANIA
    7 Buto ijo
    8 c'bos
    9 Carlitoz
    10 Chessk
    11 Galaksi
    12 Garis Keras
    13 GENDHENK IJO
    14 Green 'n Sweet
    15 green bomb 
    16 GREEN PEACE 
    17 GREEN STREET HOOLIGANS  
    18 Ijo Royo Royo  
    19 jack10,9 
    20 jakal  
    21 JAKAL 10,9 GREEN CYBERKOST  
    22 Jojoba 
    23 Jomblo 
    24 kodok ijo 
    25 LAPENIA  
    26 Laskar cinta 
    27 Laskar serdadu  
    28 Laskar TJAKAR  
    29 laskarBIT  
    30 Lexotan  
    31 Lontong Brengozt 
    32 lor bokong  
    33 Never Daay  
    34 NORTH SQUADRON  
    35 Panseroba  
    36 Panteras  
    37 Pendawa 
    38 Schreme 047 
    39 Sekak  
    40 Selma Boy's  
    41 SENYUM  
    42 Serdadu  
    43 Sersan'09  
    44 Slemania Amoek  
    45 SLEMANIA BARAT  
    46 Slemania Blok - C  
    47 slemania chomplex  
    48 sLemania Cyber  
    49 Slemania Green Fort  
  • 50 Slemania GreenMig
  • 51    Slemania Horny 
  • 52 slemania pro shop  
    53 slemania_GRAPES  
    54 slemeers boys  
    55 Tawon Ijo  
    56 Tazmania  
    57 THE COMMANDER'S  
    58 The Green Devilz
    59 tHe kaNsAs l
    60 TITIK-HITAM  
    61 TJAKAR  
    62 TRIKOM  
    63 University  
    64 wa woeng 

Minggu, 18 April 2010

  • Jadwal Pertandingan
    Jadwal Pertandingan PSS Sleman Divisi Utama Liga Indonesia 2009/2010 Grup IIINo. Hari Tanggal PSS Vs .. K/T Hasil Baca Report
    1 Kamis 26 Nov 2009 PSIR Rembang T kalah 0 - 2 Baca
    2 Minggu 29 Nov 2009 Persiku Kudus T menang 1 - 0 Baca
    3 Kamis 03 Dec 2009 Persiram Raja Ampat K kalah 1 - 3 Baca
    4 Minggu 06 Dec 2009 Perseman Manokwari K seri 1 - 1 Baca
    5 Jumat 11 Dec 2009 PSMP Mojokerto Putra T kalah 1 - 3
    6 Senin 14 Dec 2009 Persibo Bojonegoro T kalah 1 - 3
    7 Jumat 18 Dec 2009 PSBI Blitar K menang 2 - 1
    8 Senin 21 Dec 2009 Persipro Probolinggo K seri 0 - 0 Baca
    9 Minggu 27 Dec 2009 Persigo Gorontalo T kalah 0 - 2 Baca
    10 Jumat 15 Jan 2010 PSIM Yogyakarta K menang 1 - 0 Baca
    11 Jumat 12 Feb 2010 PSIM Yogyakarta T kalah 1 - 2
    12 Selasa 23 Feb 2010 Persigo Gorontalo K menang 4 - 1 Baca
    13 Senin 01 Mar 2010 Persipro Probolinggo T kalah 0 - 1
    14 Jumat 05 Mar 2010 PSBI Blitar T seri 1 - 1
    15 Selasa 09 Mar 2010 Persibo Bojonegoro K kalah 1 - 2
    16 Sabtu 13 Mar 2010 PSMP Mojokerto Putra K menang 2 - 1 Baca
    17 Kamis 18 Mar 2010 Perseman Manokwari T kalah 0 - 4
    18 Senin 22 Mar 2010 Persiram Raja Ampat T kalah 0 - 2
    19 Jumat 26 Mar 2010 Persiku Kudus K seri 1 - 1 Baca
    20 Selasa 30 Mar 2010 PSIR Rembang K menang 3 - 1 Baca

PSS latihan lagi

PSS Sleman akan memulai latihan minggu depan untuk mengikuti turnamen sepakbola Bupati Cup Purbalingga Jateng. Even ini juga diikuti tim-tim Divisi Utama dari Jateng di antaranya PSIS Semarang, Persis Solo, PPSM Magelang dan pendatang baru PSCS Cilacap.

Manajer PSS Drs Rumadi mengatakan, para pemain memang segera dipanggil terutama para pemain lokal. “Para pemain juga telah menghubunginya seperti Barep, Abda Ali yang tinggal di luar Sleman juga siap untuk membela PSS dalam event tersebut,” kata Rumadi.

Menurutnya dalam event itu PSS juga belum menentukan pelatih karena PSS juga belum memilih pelatih. Tetapi tanpa pelatih pun PSS tetap akan ikut dalam event itu, karena ini merupakan kesempatan bagi para pemain berkumpul dan melihat kondisi mereka setelah lama libur.

Di manajemen sendiri kini belum ada perkembangan baru, karena para pengurus baru sibuk dengan tugasnya masing-masing terutama menjelang Pemilukada bulan depan. Jadi kemungkinan besar evaluasi PSS dan program PSS baru akan dilakukan setelah ada kepastian siapa yang akan menjadi orang nomor 1 di Sleman nanti.

Minggu, 04 April 2010

RENUNGAN

JEJAK ANAK-ANAK DALAM KELOMPOK SUPORTER

15 March 2010

“Pokoke nek aku ketemu uwong sing nganggo kaos ijo(slemania) meh tak bandem… “, kata itu terucap begitu saja dari mulut seorang anak kecil disebuah kampung di kecamatan Wirobrajan Yogyakarta. Barangkali umurnya tidak lebih dari 15 tahun, perkiraan saya sekitar 11 tahun. Anak itu masih ABG, tidak juga, bagiku itu masih anak-anak. Saya pikir dia belum terlalu lama dipisahkan dari air susu ibunya. Saya melihatnya sekali lagi, kelihatan cukup emosional, marah, namun satu hal yang tidak bisa disingkirkan bergitu saja dari raut wajahnya, innocent, ala anak-anak.

Satu diantara dua temannya, umurnya sebaya, menimpali. “Opo awak dewe gawe plinteng wae, ben iso cepet mlayu, ujarnya”. Aku tersenyum melihat tingkah polahnya. Mereka bertiga malu-malu setelah tahu jika aku memperhatikanya. Tak lama setelah itu anak-anak itu lagi-lagi berbisik, “ono cah slemania” sambil menunjuk-nunjuk motor yang aku pake siang itu. Maklum di motor yang aku pakai terdapat tas kecil bungkus kaos bertuliskan “I Love (tanda jantung hati) PSS” berwarna hijau yang aku beli beberapa waktu yang lalu dari salah satu teman slemania cyber. Tas itu sudah berganti fungsi sebagai tempat air minum anakku, atas ide anaku sendiri yang masih berumur 4 tahun.

Obrolan anak-anak itu mengingatkan masa kecilku dulu, sejak SMP aku tak pernah lepas dari sepakbola, tentu PSIM yang aku lihat waktu itu. Kebetulan saya lahir dan besar di sebuah kampung bagian selatan kota Yogyakarta, cukup 20 menit bersepeda menuju stadion Mandala Krida. Waktu itu belum ada Brajamusti, yang ada PTLM (Paguyuban Tresno Laskar Mataram) sebagai kelompok supporter satu-satunya di Yogyakarta. Agak mirip dengan obrolan anak-anak diatas, saya dan teman-teman merasa bangga jika berhasil meloloskan batu dan kelereng sebagai “amunisi” ketika kesebelasan lawan mengungguli PSIM atau wasit yang saya pandang berat sebelah, hanya sekedar itu, tidak lebih.

***
Petang itu, menjelang maghrib, derby antara PSS vs PSIM telah usai. Saya pulang melewati depan perumahan mewah di Kecamatan Depok Sleman. Sesuai aturan saya masuk melalui jalur lambat, jalur khusus sepeda motor. Di depan perumahan itu sangat ramai dengan banyak orang, info yang saya dapat baru saja ada dua orang berbaju Slemania dihadang dan dipukuli rombongan Brajamusti yang baru saja pulang dari stadion Maguwoharjo Sleman. Karena jalan macet, saya menghentikan sepeda motor. Parkir sejenak sambil memperhatikan situasi sekitar. Sekitar 5 meter didepanku, saya melihat rombongan 7 anak kecil dengan menggunakan sepeda onthel lengkap dengan atribut hijau Slemania. Tak ketinggalan bendera kecil yang ditautkan di bagian belakang sepedanya.

Rombongan anak kecil itu berkumpul dan mengelilingi satu diantara 7 orang tersebut. Terlihat satu anak itu menangis. Saya dekati, “ngopo je le?”, tanyaku penuh selidik. “niki lho pak, nangis soale wedi kalihan tiyang Brajamusti”, jawab salah satu anak. “wau wonten tiyang Slemania diantemi”, timpal yang lainya. “Trus niki nggih sedoyo ajrih ajeng wangsul teng griyo”, anak ketiga menyambung. “lha omahmu ngendi”, tanyaku. “niki sak rencang griyane teng Moyudan”, jawab mereka serempak. Saya berpikir anak-anak ini bener-bener militan, dari Moyudan bersepeda, hujan lagi.

Saya sarankan ke mereka, segera copot atribut kalau memang takut. Tak lama ketujuh anak-anak ini segera mencopot baju, bendera dan syal mereka dan ditaruh di sebuah tas kresek hitam. Dengan telanjang dada, mereka pamit ke aku. “pak matur nuwun nggih, kulo sak rencang ajeng wangsul teng Moyudan, mboten nopo2 mangkeh nek masuk angin, niki pun resiko slemania sejati pak, nuwun nggihhh…”, ujar salah satu anak. Saya terhenyak, tak habis pikir, ternyata sepak bola benar-benar bahasa universal.

Dua kasus ini begitu mengejutkan, minimal bagiku. Anak-anak telah menjawab sebuah perlawanan, tidak dalam konotasi negative. Perlawanan merupakan simbol keberanian ataupun simbol menghadapi situasi sekitar untuk kemudian menentukan sebuah sikap yang akan dilakukan. Semoga saya tidak salah menentukan pilihan kata. Bisa juga anak-anak tersebut, dengan kapasitas masing-masing, telah menunjukkan sebuah militansi. Militansi yang sering didengungkan oleh kelompok-kelopok supporter di Indonesia hingga saat ini.

Militansi, dalam kamus besar bahasa Indonesia kurang lebih mempunyai arti ketangguhan dalam berjuang menghadapi kesulitan atau berperang. Bersemangat tinggi, penuh gairah dan berhaluan keras. Militansi tidak ditawar-tawar lagi, ini sebuah resiko perjuangan yang harus dihadapi baik secara individu maupun kelompok. Militansi tidak berdiri sendiri, harus ada obyek, subyek dan predikat. Militansi adalah produk dari sebuah obyek yang berlawanan. Dalam sepakbola, apalagi derby telah memunculkan api-api militansi di kedua belah pihak.

Perseteruan kelompok supporter PSS dan PSIM, menurut catatan saya sudah sejak tahun 2004 telah memunculkan miltansi di kedua belah pihak, baik itu Slemania dan Brajamusti. Namun karena sepakbola merupakan bahasa universal, anak-anak pun ikut terlibat dalam konsep militansi ini. Sekelompok anak kecil di kecamatan Wirobrajan memaknai militansi dengan menggunakan peralatan “tempur” seperti batu dan plinteng. Mereka akan menyerang lawanya dengan alat-alat yang sudah disiapkan. Namun sekelompok anak-anak dari Moyudan melihat kesebelasannya bertanding dengan bersepeda onthel. Ketika mereka menemui kesulitan dan ketakutan dijalan kemudian menyelesaikanya dengan mencopot atribut dan pulang ke rumahnya dengan bertelanjang dada.

Sayangnya saya tidak mencoba “memotret” kedua kelompok anak-anak ini menjadi lebih dalam, lebih in depth. Saya hanya melihat permukaan saja. Namun bagi saya, ini merupakan kecenderungan, proyeksi sebuah sikap militansi dengan gaya masing-masing. Ini sangat dipengaruhi dengan style masing-masing kelompok supporter dalam mensikapi dan mendukung kesebelasan masing-masing. Pengurus Slemania, menurutku masih bisa mengendalikan anggotanya yang berjumlah ribuan. Sehingga bagi Slemania, menonton sepak bola merupakan sebuah tontonan murni. Konflik, saling lempar dengan supporter tamu jarang bahkan tidak terjadi di stadion Maguwoharjo. Secara otomatis, hal inilah yang juga ikut andil “mendidik” slemania menjadi supporter yang tidak paham situasi dan kondisi.

Saya pernah menolong seorang Slemania yang dihajar oleh sekelompok supporter Brajamusti di ring road utara, saya coba korek informasinya. “Kenopo koe lewat mbarengi rombongan Brajamusti”, tanyaku. Jawabnya amat singkat, “kulo niki mboten ngerti nek Brajamusti niku mungsuhi Slemania”. Kejadiannya tahun 2009, masih sangat fresh, belum ada setahun. Bagiku ini sangat fatal, seseorang tidak mengetahui situasi dan kondisi. Bagi dia (korban pemukulan tersebut) seluruh supporter sepakbola dianggap sama seperti Slemania. Anti anarki dan supporter sopan.

***

Dua kasus kelompok anak-anak tadi mencerminkan kondisi masing-masing kelompok supporter, namun demikian inilah salah satu contoh militansi yang berhasil ditunjukkan, tentu dengan cara dan gaya masing-masing. Saya yakin bahwa anak-anak ini tidaklah mendapatkan “pendidikan” dari masing-masing orang tuanya. Mereka hanya melihat lingkungannya, melihat perilaku masing-masing orang dewasa disekitarnya. Anak-anak itu sendirilah yang akan melakukan apapun seperti yang mereka lihat dengan mata mereka sendiri.

Saya salut, meski sekelompok anak-anak ini telah menunjukkan militansi untuk kesebelasan masing-masing, sesungguhnya anak-anak ini juga merupakan korban. Setiap konflik, perkelahian bahkan perang anak-anak merupakan korban yang sesungguhnya. Dalam hal ini, anak-anak di Wirobrajan telah belajar untuk berbuat kekerasan. Bibit-bibit permusuhan dan kekerasan telah tertanam di otak bawah sadarnya. Sedangkan anak-anak dari Moyudan telah melihat kekerasan didepan matanya sehingga rasa trauma itu akan terus terbayang diotaknya hingga besar nantinya.

Kemudian, apakah yang akan kalian cari dalam persetruan kedua kelompok suporter ini? Bagiku militansi tidak identik dengan kekerasan, militansi bukanlah ajang balas dendam. Namun kalau memang kekerasan jalan akhir dari perseturan ini, saya siap ada dibarisan paling depan.

Senin, 22 Februari 2010

lagu lagu yang sering kita nyanyiin

Kami Disini Anak-Anak Sleman.. Sampai Mati Mendukung PSS.. Semuanya PSS.. Hanya PSS.. .....oooOOOooo.....



Hari Minggu harusnya aku pacaran..
Diam-diam aku nonton pertandingan...
Kata orang aku ini kesurupan..
Demi PSS apapun kulakukan...

PSS...PSS...Ooo 4x



Slemania beraksi..
walau panas terik mata hari..
berjuta kali Super Elja beraksi..
Bagiku itu langkah pasti..

Hari esok adalah milik kita..
PSS jadi juara ligina..
Gegap gempita anak Slemania..
Demi kejayaan Jogjakarta..

Marilah kawan..Mari kita nyanyikan..
Sebuah lagu..tentang kemenangan


Neng kene aku ngenteni kowe..
Awan bengi tansah tak pikerke..
Neng kene aku nyanyi rame-rame..
Susah seneng bareng dirasakke..

Oooo...oooo...


Ja padha nelangsa
yen disebut bocah ndeso
snajan seka desa
ra tau tumindak ala

ayo slemania
kumpul bareng kanca-kanca
njaga kutha yoja
supaya tentrem raharja

lagu: koes plus



Seiring jejak langkahku Mendukung super Eljaku Jangan pernah kau ragu Kamilah pendukung mu Satukanlah tekadmu Kobarkan semangatmu jadilah kau nomor satu Itulah yang ku mau Ayo PSS Super Elang jawa jadilah juara Liga Indonesia



Slemania.. Ayo bergembira.. Slemania.. Tunjukkan aksimu.. Kita dukung Super Elja kita.. Sekarang dan selamanya.. Slemania .. Ayo bergembira.. Oooo...



ya allah ya rohman ya rohim.... dengarkan doa dari kami.... kami selemania suporter elang jawa... jadikan pss juara.. juara siji..

kalau sejarahnya stadion

PSS dan Stadion Maguwoharjo

Stadion Maguwoharjo dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Sleman sebagai alternatif pengganti Stadion Tridadi yang merupakan homebase PSS Sleman dalam beberapa musim kompetisi. Animo masyarakat Sleman yang besar, terutama slemania, dalam mendukung PSS setiap kali berlaga di kandang membuat kapasitas di Stadion Tridadi sudah tidak mampu menampung penonton.

Dalam kurun waktu tahun 2004 hingga 2006 dibangunlah sebuah stadion yang memiliki standar internasional. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan ketidaklayaan stadion Tridadi untuk menjamu tim-tim besar Liga Indonesia.

Stadion yang dibangun di Desa Maguwoharjo ini resmi bisa digunakan sebagai kandang PSS Sleman dalam mengikuti kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2007. Dengan memiliki daya tampung hingga 35.000 penonton membuat stadion Maguwoharjo mampu menampung seluruh penonton yang menyaksikan tim kesayangan mereka, PSS Sleman saat bertanding, bahkan juga bisa menampung hingga 10.000 suporter tamu yang datang.

Stadion yang memiliki nama resmi Maguwoharjo International Stadium (MIS) ini dianggap sebagai salah satu stadion terbaik di Indonesia selain Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta, Stadion Jakabaring di Palembang, dan Stadion Jalak Harupat di Kabupaten Bandung. Bahkan, Stadion Maguwoharjo pernah digunakan oleh tim nasional Indonesia dalam melakukan pertandingan ujicoba